Datuk Kasam Penanam Mangrove di Selatpanjang

Datuk Kasam Penanam Mangrove di Selatpanjang

MERANTI RBC –

Hari Mangrove Sedunia atau World Mangrove Day baru berlalu pada 26 Juli yang lalu. Senin 30/07/2024.

 

Bebagai kalangan penggiat lingkungan dan pencinta alam di seluruh dunia memperingati hari Mangrove Sedunia itu dengan berbagai cara.

 

Selanjutnya terlihat juga bentuk ucapan Perayaan Hari Mangrove Sedunia itu ditampailkan di berbagai media. hal itu sebagai bentuk kepedulian dengan tanaman Magrove masih ramai, dari setiap kalangan yang peduli kelestarian tanaman magrove.

 

Tanaman Magrove yang telah terbukti dapat menyelamatkan bibir pantai dari kikisan abrasi. Namun, di sisi lain, ramai juga orang yang menjadi pelaku musnahnya tanaman mangrove ini.

 

Akibat ramainya orang yang berburu dengan menebang tanaman mangrove tentunya membuat tidak sedikit tanah yang runtuh ke laut, air laut yang merembes masuk ke daratan, permukaan pulau yang semakin menurun serta musnahnya berbagai jenis biota laut.

 

Pemusnahan tanaman mangrove ini dikarenakan sebagai bahan baku yang dibutuhkan oleh pengusaha panglung arang yang menjadikan tanaman mangrove sebagai Arang.

 

Prihatin akan punahnya tanaman mangrove dan runtuhnya tebing pantai, beberapa penggiat lingkungan tampil di berbagai daerah. Di Kepulauan Meranti, tepatnya di sudut kota Selatpanjang, terdapat seorang tokoh yang gigih dalam hal penyelamatan hutan mangrove dan pantai.

 

Dia adalah Datuk Kasam Usman. Sejak tahun 2005 Datuk Kasam Usman atas kesadaran sendiri menanam tanaman mangrove berupa kayu api-api, perepat, nyirih, dan bakau.

 

Kini, tanaman mangrove yang ditanamanya itu telah besar dan menjadi pelindung pantai tersebut dari terkikis abrasi yang bisa menyebabkan runtuhnya tanah ke laut.

 

Tempat yang menjadi lokasi menanam tanaman mangrove yang dilakukan oleh Datuk Kasam Usman adalah bekas sebuah pabrik pengolah kayu (sawmill) yang dulunya dikenal oleh masyarakat Selatpanjang dengan nama Kilang Peng. setelah Kilang Peng tidak beroperasi tempat tersebut terbiar kosong. Puing-puing bangunannya satu persatu telah roboh dan hilang. Akhirnya tanah tersebut menjadi hamparan tanah kosong di bibir pantai.

 

Sebagai warga terdekat dengan keberadaan bekas Kilang Peng ini, Datuk Kasam Usman merasa terpanggil untuk melakukan penyelamatan di atas tanah yang sebagian besarnya pantai itu. Maka, terbesitlah di hatinya untuk menanam tanaman mangrove. Maka mulailah lelaki berusia 73 tahun ini mencari bibit tanaman mangrove ke berbagai tempat. Setelah itu, aksi penanaman pun dilakukannya sendiri.

Hampir tiap hari Datuk Kasam Usman turun ke pantai berlumpur untuk menanam berbagai jenis tanaman mangrove. Tak ada gaji, tak ada yang menyuruh, hanya kesadaran diri sendiri.

 

Berbagai resiko telah dihadapi dalam menanam tanaman mangrove di pantai seluas lebih kurang 3,5 hektar tersebut.

Kini, usaha menanam mangrove yang telah dilakukannya hampir 20 tahun tahun itu telah membuahkan hasil. Di antara tanaman mangrove yang ditanamnya telah dapat di bangun jalan untuk menghubungkan desa Alah Air bagian laut dengan kelurahan Selatpanjang Barat.

 

Siang malam kendaraan bisa melewati jalan tersebut. Orang bisa lebih dekat menuju ke pasar. Walaupun begitu Datuk Kasam Usman tidak bisa berdiam diri. Setiap saat selalu saja ada orang-orang berniat untuk menebang pohon mangrove yang telah besar itu.

 

Dengan segala kemampuan dan alasan Datuk Kasam Usman menghalang upaya penebangan pohon mangrove yang ditanamanya. Mulai dari cara yang paling santun sampai ke cara yang paling keras, semua telah dilakukan untuk menyelamatkan tanaman magrovenya ini.

 

Bahkan ketika ada yang datang membeli, dia tak pernah mau menjual sebatang pun pohon mangrove yang ditanamnya.

 

“Menanam tanaman mangrove ini tidak sama sulitnya dengan menjaganya ketika sudah berbatang besar. Waktu kecil dulu musuhnya bimbang terbawa arus dan gelombang, tapi setelah besar bimbang dicuri orang, bimbang ditebang orang, baik dari darat maupun dari laut. Jadi siang malam saya selalu berjaga, takut tanaman mangrove ini diganggu orang”, ujar Datuk Kasam Usman.

 

Di sela-sela waktunya, hampir tiap hari Datuk Kasam Usman sampai sekarang masih saja rutin memeriksa tiap batang tanaman mangrovenya. Kalau ada yang mati, dia segera mengantikan dengan tanaman yang baru. Masuk ke celah-celah tanaman mangrove itu menjadi rutinitasnya saban hari. Begitulah tekunnya Datuk Kasam Usaman yang juga Ketua Dewan Penasehat Adat LAMR Kepulauan Meranti dalam upaya menjaga hutan mangrove. Kemanapun dia pergi, perhatiannya selalu tertuju ke tanaman mangrove.

 

Kini Datuk Kasam Usman sudah bisa Senyum puas manakala berbagai jenis burung laut, bangau dan elang sudah pula sudi datang dan bersarang di hamparan tanaman mangrove yang ditanamnya. Begitu juga ketika air pasang berbagai jenis ikan, udang dan kepiting telah datang pula ke celah-celah tanaman mangrove itu. Ramai juga anak-anak dan orang dewasa yang datang untuk memancing di sini ketika air pasang naik.

 

Ketua Yayasan Lestrai Warisan Meranti, Afrizal Cik, dalam pengamatannya menilai Datuk Kasam Usman sangat pantas diberikan penghargaan sebagai penyelamat lingkungan. Apa yang dilakukakan oleh Datuk Kasam Usman cukup memberi arti dan motivasi bagi semua orang, untuk meneladani apa yang dilakukan oleh lelaki yang terbilang tua itu.

 

“Semangatnya menjaga tanah ini dari abrasi sangat saya kagumi dan perlu kita beri apresiasi. Dia menjaga pulau ini laksana menjaga warisan untuk anak cucunya sendiri. Tak ada upah dan untung penjualan yang didapatnya. Tanah pantai itu pun bukan milik dia. Datuk Kasam Usman hanya ingin menyelamatkan tanah ini, dan tanaman mangrove tetap lestari. Niatnya sungguh luar biasa”, kata Afrizal Cik.

 

“Kalau bisa, kepada Pemerintah Provinsi Riau, Pj. Gubernur Riau, Bapak Ir. H. SF Haryanto, M.T., saya berharap berikanlah suatu penghargaan kepada Datuk Kasam Usman, tak banyak orang tua seperti ini lagi di sini”, harap Afrizal Cik yang juga dikenal sebagai seorang penggiat sastra budaya ini.*** (Red/Drm).